14Jun

MENDAYUNG NWDI DENGAN OPTIMISME

Oleh: Abah Rosela Naelal Wafa

Alhamdulillah, sebuah kesyukuran luar biasa, gelombang jemaah atau saudara-saudari yang ikhlas ikut bergabung di organisasi Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) semakin banyak, baik yang di NTB maupun di luar daerah, bahkan di luar negeri (ada perwakilan dari Mesir).

Demikian yang disampaikan syekhona TGB Dr. KH. Muhammad Zainul Majdi selaku ketua umum pada acara pengukuhan dan pelantikan kemarin (Sabtu, 1 Dzulqaidah 1442 H./12 Juni 2021 M.) di Mataram via ofline dan zoom metting.

Gelombang jemaah ini yang disebut syekhona TGB sebagai suatu “mubasysyir” (kabar gembira) yang menggembirakan dan semakin menambah optimisme.

Sementara, semangat optimisme adalah satu keniscayaan yang kita butuhkan dalam berjuang pada bidang apapun dan di manapun. Terlebih saat-saat ini, kita pun sangat membutuhkannya dalam mendayung organisasi Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah.

Alasan mendasar dari pentingnya kita terus memupuk optimisme kata syekhona TGB yakni:

Pertama, karena demikian yang diajarkan Allah dalam alquran dan dicontohkkan Rasulullah dalam sunnahnya.

“Tidak ada pesimisme dalam alquran dan hadis terkait orang beriman. Karena iman itu sendiri merupakan sumber optimisme dalam kehidupan kita.” Kata Ketua Alumni al-Azhar Kairo Mesir cabang Indonesia tersebut.

Kedua, guru besar kita al-Magfurulah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, Pahlawan Nasional sebagai peletak dan pendiri fundamen atau dasar-dasar perjuangan Nahdlatul Wathan yang kini nilai-nilainya diteruskan oleh dua organisasi yakni NW dan NWDI, selalu menampakkan sikap optimisme sepanjang perjuangannya.

“Sepanjang hayat, Maulana Syaikh selalu meniupkan nilai-nilai optimisme perjuangan kepada umat.” Jelas syekhona Tuan Guru Bajang.

Suntikan-suntikan optimisme Maulana Syaikh bisa kita temukan dan dapat kita baca di dalam semua nasyid-nasyid, salawat-salawat yang dikarangnya, termasuk pada salawat “Nahdlatain”. Semangat perjuangan, optimisme dan kebersamaan, semua tertuang di situ, bila kita merenungkannya dengan seksama.

Karena itu, “kita sebagai murid-murid al-Magfurulah, harus dan bahkan wajib mengikuti semangat optimisme dan pengaharapan semisal beliau.” Kata TGB mengajak kita jemaahnya.

Ketiga, kita mesti memupuk optimisme karena NWDI ini lahir diujung satu proses yang amat panjang, melelahkan dan menyedot energi lahir-batin kita.

Saking, betapa berliku, lama dan melekahkannya, sampai-sampai menyebabkan sebagian kita mundur dari perjuangan, atau paling tidak mereka tak mau peduli lagi. Kata syekhona al-Hafidz.

Mereka bersikap demikian, bukan karena tak meyakini lagi nilai-nilai yang diajarkan al-Magfurulah atau nilai-nilai perjuangan dalam Nahdlatul Wathan, tetapi karena mereka sudah merasa ujian dan cobaan ini demikian berat, sehingga bingung di mana ujung pangkalnya masalah ini.

Kerumitan ujian ber-Nahdlatul Wathan tersebut yang dikatakan TGB, lebih rumit dari benang kusut, semakin hari semakin tak tergambar solusinya. Tentu, solusi yang bisa menghadirkan ketenangan, menyatukan dan bisa membangun semangat optimisme jemaah.

Namun, “alhamdulillah, dengan berkat doa semua nahdliyyin, maka kerumitan yang demikian lama dan panjang, pada akhirnya bisa mencapai satu Kesepakatan Bersama.” Kata syekhona TGB mengakui peran jemaah nahdliyyin dalam menemukan solusi.

“Kesepakatan Bersama” menjadi solusi satu-satunya dan bisa “menyatukan” kita dalam ber-“fastabiqul khairat”, disebabkan oleh salah satu poin yang secara administratif kenegaraan atau pemerintahan, menyetujui dan mengakui akan lahirnya satu organisasi bernama Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI).

Mengapa disebut “secara administratif”?

Alasannya, kata TGB al-Azhary adalah bahwa madrasah pertama yang dibangun Maulana Syaikh bernama NWDI dan dari situlah semua bermula. Sementara kita di bagian ujung, juga memulai denganya. Hal ini, untuk menunjukkan bahwa perjuangan itu satu siklus (lingkaran) yang tidak ada henti-hentinya.

“Alhamdulillah, NWDI ini lahir sebagai suatu –katakanlah– rahmat Allah. Sementara rahmat Allah adalah satu pengharapan baik. Maka, pantaslah kita yang berada di dalamnya untuk selalu memelihara pengharapan baik itu.” Kata syekhona al-Azhary wa al-Mufasiri.

Semoga apa yang beliau sampaikan menjadi energi dan penyemangat kita untuk terus ikhlas dan optimis mendayung NWDI bersama beliau alkarim. Amiiin.

Wa Allah A’lam!

Bilekere, 13 Juni 2021 M.

*#Staf_Pengajar_di_PP_Selaparang

Sekretaris_PC_NWDI_Kediri

Tinggalkan Komentar