05Agu

Isim Nakirah dan Fungsinya Dalam Al-Qur’an

Editor: M. Agus Yusron, MA.

Isim nakirah merupakan isim yang menunjukkan sesuatu yang belum jelas pengertiannya. Muhammad bin Abdullah bin Malik al-Andalusy mendefinisikan isim nakirah sebagai isim yang menunjukkan arti yang umum pada jenisnya, yang tidak dikhususkan kepada sesuatu barang tertentu dan tidak khusus pula kepada yang lainnya. Definisi lain menyebutkan isim nakirah sebagai isim yang pantas baginya dimasuki alif-lam. Seperti kata رجل، امرأة, kedua kata tersebut belum jelas laki-laki yang mana dan perempuan yang mana, keduanya pun bisa dimasuki oleh alif-lam, menjadi الرجل، المرأة. Isim nakirah juga adalah asal usul dari isim-isim.
Penggunaan isim nakirah dalam Al-Qur’an memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya, yaitu:

  1. Iradah al-Wahdah (untuk menunjukkan arti atau jumlah satu)
    Seperti dalam Al-Qur’an surat Yasin: 20,
    وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَسْعَى
    (Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas)
    Sama halnya dalam QS. Al-Qashash: 20,
    وَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَقْصَى الْمَدِيْنَةِ يَسْعَى
    (Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota…)
    kata رجل pada ayat di atas berarti seorang laki-laki, yaitu Habib al-Najjar, yang datang kepada Nabi Musa untuk memberi nasihat kepadanya agar keluar dari kota, karena pembesar kota hendak membunuhnya.
  2. Iradah an-Nau’ (untuk menunjukkan jenis atau macam)
    Seperti dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 96,
    وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ
    (Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak kepada kehidupan di dunia)
    kata حياة berarti sesuatu macam dari macam-macam kehidupan, yaitu mencari tambahan untuk masa depan, sebab keinginan itu bukan terhadap masa lalu atau masa sekarang saja.
    Contoh lain kita temukan pada QS. Shad: 49,
    هذَا ذِكْرٌ وَإِنَّ الْمُتَّقِيْنَ لَحُسْنُ مَآبٍ
    (Ini adalah kehirmatan bagi mereka. Dan sesungguhnya bagi orang-orang bertaqwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik)
    kata ذكر pada ayat di atas artinya macam-macam dari dzikr (kehormatan).
  3. Iradah al-Wahdah wa an-Nau’ (untuk menunjukkan makna “satu” dan “macam” sekaligus)
    Seperti dalam Al-Qur’an surat An-Nur: 45,
    وَاللهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ
    (Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air)
    Maksudnya adalah setiap binatang melata berasal dari satu macam dari macam-macam air, dan setiap individu (satu) binatang berasal dari satu nuthfah.
  4. Li at-Ta’zhim (untuk membesarkan atau memuliakan suatu keadaan)
    Seperti dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 25,
    وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ..
    (Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sunga-sungai…)
    kata جنات menggunakan bentuk nakirah jama’, yang menunjukkan arti besar. Dalam ayat lain disebutkan dalam bentuk mufrad (جنة) yang menjelaskan satu surga seluas langit dan bumi.
    Contoh lain bisa dibaca pada QS. Al-Baqarah:279,
    فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوْا فَأْذَنُوْا بِحَرْبٍ مِّنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
    (Dan jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu).
    Maksud kata حرب pada ayat di atas adalah peperangan yang sangat besar lagi dahsyat.
  5. Li at-Taktsir (untuk menunjukkan arti banyak)
    Seperti dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf: 113,
    وَجَاءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوْا إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِيْنَ
    (Dan para pesihir dating kepada Fir’aun. Mereka berkata: (Apakah) kami akan mendapat imbalan, jika kami menang?)
    Kata أجرا dalam bentuk nakirah, yang berarti pahala (upah) yang banyak.
  6. Li at-Ta’zhîm wa at-Taktsîr (untuk menunjukkan arti besar (mulia) dan banyak)
    Seperti dalam Al-Qur’an surat Al-Fâthir: 4,
    وَإِنْ يُكَذِّبُوْكَ فَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ…
    (Dan jika mereka mendustakan engkau (setelah engkau memberikan peringatan), maka sungguh, rasul-rasul sebelum engkau telah didustakan pula).
    Kata رسل pada ayat di atas adalah para rasul yang mulia dan jumlahnya banyak.
  7. Li at-Tahqir (untuk meremehkan)
    Seperti dalam Al-Qur’an pada QS. Abasa: 18-19,
    مِنْ أَيِّ شَيْئٍ خَلَقَهُ، مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ
    (Dari apakah Allah menciptakan? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya)
    kata نطفة berbentuk nakirah yang berarti setetes mani, yaitu dari sesuatu yang hina, rendah dan remeh.
  8. Li at-Taqlil (untuk menunjukkan arti sedikit)
    Seperti dalam Al-Qur’an QS. At-Taubah: 72:
    وَعَدَ اللهُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جّنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللهِ اَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْكَبِيْرُ
    (Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapatkan) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar).
    Keridhaan yang sedikit dari Allah itu lebih besar dari pada surga, karena keridhaan itu adalah pangkal segala kebahagiaan.

Sumber: Mabâhits fi ‘Ulum Al-Qur’an; Memahami Bahasa Arab Al-Qur’an

Editor: MAY

Tinggalkan Komentar