05Agu

TGB, MODERATISME & POTRET “SEMPURNA” SEORANG PEMIMPIN

Diingetin Mas Mark Zuckerberg.
Tulisan tiga tahun yang lalu..

Oleh: Muhammad Aminullah

(Alumni Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Saya termasuk pribadi yang menyukai moderatisme dalam beragama. Menurut saya, moderatisme (wasathiyyah) adalah sesuatu yang inheren di dalam ajaran Islam. Moderatisme sejatinya merupakan salah satu pilar paling esensial yang harus diterapkan seorang muslim dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya.

Kecintaan saya pada moderatisme dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama ini berimplikasi kepada kekaguman saya kepada tokoh-tokoh agamawan, cendekiawan dan intelektual yang menganut paham moderat. Siapapun tokoh yang moderat dalam menjalankan ajaran agamanya, selalu saja saya jatuh hati kepadanya.

Tuan Guru Bajang Zainul Majdi atau yang lebih familiar dipanggil TGB merupakan salah satu tokoh yang konsisten menyuarakan spirit moderatisme atau wasathiyyah dalam beragama. Dalam bacaan saya, moderatisme benar-benar nampak nyata dalam laku hidup & kepribadian beliau. Dan karena itu, sejak pertama kali mengenal beliau, saya langsung jatuh hati.

Saya memang bukan warga NTB. Saya warga Jawa timur. Namun demikian, dari sewaktu mencalonkan diri sebagai calon gubernur NTB, saya selalu menyimak debat kandidat gubernur NTB yang ditayangkan oleh stasiun televisi nasional, di mana salah satu kandidatnya adalah TGB.

Nah, pertama kali melihat pemaparan beliau dalam menyampaikan visi-misi dan program-program kerjanya, saya melihat tawaran konsep, ide & gagasan TGB yang cemerlang serta visioner. Lebih-lebih setelah saya melihat paham keagamaan TGB yang sangat mendepankan moderatisme (wasathiyyah) dalam beragama.

Saya merasa semakin jatuh hati kepada putera pendiri salah satu ormas keagaamaan yang menjunjung spirit kecintaan kepada tanah air (Nahdhatul Wathan) sekaligus Ketua alumni Al-Azhar al-Syarif Indonesia. Maka lengkap dan kuat sudah rasanya alasan kekaguman saya pada TGB.

Dalam soal kealiman pemahaman keagamaan, lulusan S1 sampai jenjang doktoral universitas al-Azhar al-Syarif sekaligus hafidz qur’an ini insyaallah tidak perlu diragukan. Beliau sudah menunjukkan kapasitasnya sebagai orang yang mampu memahami ajaran agama yang dianutnya (Islam) dengan muatan-muatan ajaran kedamaian, cinta, kasih dan sayang (wasathiyyah) .

Perpaduan antara seorang negarawan, politisi handal, intelektual, akademisi, da’i dan agamawan menyatu dalam diri TGB. Lebih-lebih sebagaimana saya singgung di atas, TGB sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moderatisme dalam menjalankan keyakinan agamanya. Sebuah pemahaman keagamaan yang juga saya anut. Moderatisme (Wasathiyyah). Sempurna.

Konsep moderatisme yang diusung oleh TGB ini selain memang merupakan ajaran esensial agama Islam, juga karena amanah yang diembankan oleh almamater dan para guru TGB di unversitas al-Azhar al-Syarif agar senantiasa mengedepankan nilai-nilai moderatisme dalam pemahaman beragama. Apalagi TGB merupakan ketua ikatan alumni universitas al-Azhar al-Syarif Indonesia. Komplit sudah.

Dengan melihat rekam jejak akademik, karir politik, silsilah biologis dari seorang ulama besar, hingga paham keagamaan beliau yang moderat, maka tanpa ragu saya katakan: “Jika TGB mencalonkan diri sebagai kandidat Capres, maka pilihan politik saya hanya untuk TGB”. Hanya ada dua kata buat TGB: “Saya TGB”. TGB, Potret “sempurna” seorang Pemimpin.

Tinggalkan Komentar