09Mar

HM. Syubli yang Ikhlas Disayang Maulanasyaikh

Pengalaman dipanggil Almaghfurlah Maulanasyaikh TGKHM Zainuddin Abdul Madjid

Oleh: Dr. Fauzan, M.Pd.

Pernah saya berempat dipanggil Almaghfurlah Maulanasyaikh TGKHM ZAINUDDIN ABDUL MADJID, langsung di tempat sare (tidur) beliau.

Satu persatu beliau menyebut kami. Saya, kemudian Drs. H. Muslihuddin Khair (sekarang salah satu sekdis di Lombok Timur) , Dr. Nur Ahmadi ( dosen bahasa Inggris di Unram, menyelesaikan studi di Australia), dan Drs. Saifunnasri ( mantan kabid di kemenag Propinsi). Waktu itu kami sama-sama menjadi pengajar di madrasah dan oerguruan tinggi di lingkungan yayasan pendidikan HAMZANWADI Pancor.

Pertama Maulanasyaikh menyebut H Muslihuddin Khair. Mamik mek haji Khairuddin muridku, keliang lek Bermi. Loek andilne sebagain keliang Bermi, milu beleang NW. Apa2 taokku nyuruk e langsung doang gawek ne. Mek turut ie ndeh. ( Bapakmu Haji Khairuddin murid saya, dia kepala Dusun di Bermi. Banyak andilnya ikut membesarkan NW sebagai kepala Dusun di tempat lahirnya NW. Apapun yang saya tugaskan langsung dikerjakan. Kamu ikuti ya).

Kedua, saya disebut. Anta termasuk keluarga lek Bermi, dakak mek lekan Dayan Gunung. Papuk Tuan mek Haji Najamuddin murid pertamangku, ndek ku dait dengan ngeno tindihne, terutama lek Guru ne. Iye ketok ketek ngadu dokar ne lalo ngisi pengajian beleang NW. Ia barengku meak madrasah NW ine. Santer hormat ne lek eku sik jeri guru ne. Mek contoh iye ndeh. ( kamu termasuk keluarga di Bermi, meskipun dari Dayan Gunung. Kakekmu Haji Najmuddin murid pertama saya, saya tidak temui orang yang begitu rendah hati, terutama kepada gurunya. Dia kesana kemari pakai dokarnya mengisi pangajian membesarkan NW. Dia teman saya membuat madrasah NW ini. Sangat hormatnya kepada saya yang jadi gurunya. Kamu teladani ya.)

Kepada pak Nur Ahmadi Maulanasyaikh mengatakan, papuk Tuan mek laek lek Karangasem ie doang jeri kusir dokarku mun ku lalo ngajarang ngaji. Bongo jarang muni. Mek turut perjuangan ne. ( Kakek mu dulu di Karangasem selalu menjadi kusir dokar saya kalau saya ngisi pengajian di sana. Rendah hati, jarang bicara. Kamu ikuti perjuangannya ya).

Kepada pak Saifunnasri Maulanasyaikh mengatakan, Mamik mek Haji Dahmuruddin bareng Haji Najmuddin murid-murid ku sik pertama. Apa-apa taokku nugesang iye, becat doang ie gawek e. Bagus tulisan ne, ie surukku nulis hizib. Ngajar faraid taokne hebat. ( Bapakmu Haji Dahmuruddin dengan Haji Najmuddin murid-murid pertama saya, apapun tugas yang saya berikan selalu diselesaikan dengan baik. Tulisannya bagus, makanya saya suruh menjadi penulis hizib. Dia hebat kalau mengajar faraid.)

Kemudian beliau bercerita tentang Almarhum Bapak Drs H. M. Syubli, menantu beliau. Ndek ku wah dait dengan ngeno ikhlas ne, marak angkun Haji Subli. Ie ampokku terimak lamaran ne, dakak ne ie langsung ngelamar Siti Rauhun bareng ine ne. Ne dengan due ngelamar Rauhun,, langsung terimakku lamaran ne, karena ie manusie ikhlas. ( saya tidak pernah bertemu dengan orang seikhlas Haji Syubli. Itulah sebabnya saya menerima lamarannya, meskipun dia langsung melamar Siti Rauhun berdua saja dengan ibunya, karena dia manusia ikhlas).

Kemudian setelah selesai menyampaikan wejangan nya, kami didoakan panjang. Alhamdulillah mendapat doa dari Waliyullah.

Ketika menulis status ini, tiba-tiba saya teringat Almarhum Bapak Drs Haji Muhammad Syubli yang berjalan kaki dari Gelang ke tempat saya buat rumah di jalan Diponegoro di Rakam. Beliau pakai celana Training, duduk di bok pinggir jalan depan rumah, beliau memanggil saya,, saya sangat kaget, ya Allah Bapak, lekak nae side. Saya memanggilnya dengn panggilan Bapak. Beliau mengatakan, dari mana kamu dapat uang untuk buat rumah, pasti kamu gadaikan gaji dah ini, katanya. Tanam sayur-sayuran halaman rumahmu supaya tidak beli sayur tiap hari. Besok kamu ke yayasan, saya kasih sekedar untuk ongkos tukang. Besoknya saya cari ke kantor Yayasan, dia memberikan saya satu juta. Padahal gaji saya menjadi dosen saat itu 80 ribu sebulan. Entah siapa yang ngasih tahu beliau, saya buat rumah.

Tinggalkan Komentar