10Mar

TGH. Ma’shum Ahmad Abdul Madjid, Pribadi yang Lurus, Rapi, dan Berwibawa

Oleh: Dr. Fauzan, M.Pd.

Saat menjadi siswa SMANW Pancor, saya bertemu kepala sekolah yang dalam penilaian saya beliau orang yang lurus, selalu rapi dan sangat berwibawa, TGH Ma’shum Ahmad Abdul Madjid.

Sebagai ketua OSIS dan pradana Pramuka saya sering menghadap ke beliau. Kadang-kadang di rumahnya di Aikmel. Dalam amatan saya, siapapun tamunya selalu diterima dengan pakaian rapi, lebih sering pakai jas, meskipun tamunya hanya siswa seperti saya.

Wibawanya sangat terasa, kalau berhadapan jarang yang berani menatapnya langsung. Tatapannya tajam. Saya ingat suatu saat ada pengawas yang menegur wakil kepala sekolah saya, sedang keras-kerasnya sang pengawas menegur Pak wakil kepala, beliau datang dan bertanya, ada apa? Pak pengawas langsung merubah gaya bicaranya dari marah ke takut, eeh.. Nggak pak kepala, tiang sedang ngomong-ngomong biasa dengan pak wakil kepala.

Kalau buat draft surat dan beliau yang periksa pasti lama, berkali-kali, ada saja keliru nya, harus betul-betul tepat tanpa salah sekecil apapun. Kalau memberikan arahan, misalnya saat rapat OSIS, secara detil beliau menyampaikan tentang manajemen organisasi.

Di rumah dengan anak-anaknya beliau menggunakan bahasa Inggris, beliau alumni bahasa Ingris IKIP Malang, sampai pernah Almagfurlah Maulanasyaikh mengatakan biasakan juga anak-anakmu bahasa Arab, karena beliau sama fasihnya bahasa Inggris dan bahasa Arab. Cerita almarhum Bapak saya, Maulanasyaikh sering membanggakan kemampuan bahasa Arab Bapak H Ma’shum Ahmad. Ketika kuliah di Malang, Bapak H Ma’shum Ahmad sering bersurat ke Almagfurlah Maulanasyaikh menggunakan bahasa Arab, dan Maulanasyaikh sering membacakan surat tersebut di depan mahasiswa Ma’had, kebetulan Bapak saya Ma’had angkatan pertama. No dengar surat anakku. Maulanasyaikh sering mengatakan TGH Ma’shum Ahmad Abdul Madjid sebagai anaknya yang paling besar.

Pernah kelas saya dekat kantor, teman-teman saya ribut, tiba-tiba beliau berdiri di depan pintu, aduh rasanya sangat angker, betul-betul menakutkan, sorot tatapannya terasa menembus ke dasar hati. Tidak ada satupun yang bersuara, tiba-tiba dia berkata, keluarkan kertas, semua! Semua mengeluarkan kertas, tulis saya tidak ribut lagi, masing-masing seribu kali… Waduh sampai berakhir jam terakhir kami belum selesai..

Orangnya dermawan, cerita paman saya yang tamat SPGNW, sering yang gondrong dikumpulkan terus dikasih uang untuk cukur, akhirnya mereka saling cukur, uangnya dibagi-bagi.

Ayah beliau seorang pejuang, TGH Ahmad Rifai Abdul Madjid, saudara Almagfurlah Maulanasyaikh. Ayahandanya pernah dibuang ke Ambon oleh pemerintah Belanda, karena ikut dalam penyerangan tangsi Belanda di Selong. Tidak mengherankan ketika meninggal dimakamkan di Makam Pahlawan Selong.

Ketika saya sudah jadi Guru beliau beberapa kali minta saya melatih anak-anaknya pidato, sampai sering mewakili Lombok Timur Lomba pidato tingkat propinsi. Yang susah saya ubah adalah pengucapan huruf r dari anak-anak beliau, mungkin karena dari kecil dibiasakan berbahasa Inggris sehari-hari, sehingga pengucapan huruf r nya tidak pas. Sehingga saya latih terus menerus mengucapkan kalimat-kalimat yang kata-kata ada huruf r nya. Misalnya, Suparlan mengejar dokar hampir terkapar, tersungkur perutnya lapar mendera, riuh perutnya berteriak, lapaarrr.

Sebuah kehormatan bagi saya, ketika melatih anak-anak beliau pidato, saya lihat beliau ikut menyimak, duduk dekat kami. Sesekali bertanya, pasti beliau bertanya supaya anak-anak beliau mendapatkan pemahaman yang lebih jelas. Ukan bertanya karena beliau yang tidak faham. Saya juga pernah mengajar Istri beliau ketika menjadi mahasiswa STKIP HAMZANWADI, kebetulan mengambil program studi Pendidikan Matematika, tempat saya mengajar.

Beliau pernah menjadi kepala sekolah di SPGNW, SMANW, pernah juga menjadi anggota DPRD NTB, banyak membawa dana-dana luar negeri ke madrasah-madrasah lewat LSM yang beliau dirikan. Tetangganya mengenal beliau sebagai pribadi yang sangat dermawan. Saya mengenal beliau sebagai pribadi yang sangat rapi, cermat, cerdas, memahami secara mendalam banyak bidang ilmu, dan juga dermawan. Pernah ketika melatih anak beliau pidato, saya tidak mau menerima uang yang beliau berikan, tidak usah kan saya diantar jemput, lalu saya mengucapkan salam dan keluar, beliau mengejar saya sampai jalan raya, dan tumben, sampai tidak pakai sandal. Beliau kelihatan gusar ketika pemberiannya tidak diterima.

Saya mengenal beliau dari sejak SMA sampai beliau dipanggil Allah. Kesimpulan saya beliau orang yang teramat baik. Terdidik, sangat berakhlak. Saya haqqul yaqin beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah.

Tinggalkan Komentar