Oleh: Nurdin Ranggabarani (Mantan Anggota DPRD Provinsi NTB)
YAUMUL MILAD, 50 TAHUN TGB.
Konsistensi, keberanian dan keteladanan. Ketiga kata itulah yang saya pahami mewakili sosok figur seorang Dr. TGKH. Muhammad Zainul Majdi, MA. Baik sebagai umara, maupun sebagai ulama.
Saat beliau menjabat sebagai Gubernur NTB (2008-2018), dan saya sebagai Anggota DPRD, tidak jarang kami berbeda sudut pandang dalam mensikapi berbagai permasalahan. Namun beliau tetap menganggap wacana-wacana yang berbeda, sebagai sisi yang memperkaya khazanah pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan.
Ketegasan dan keteguhan sikap beliau, termanifestasi dalam satunya kata dengan perbuatan. Iya, iya. Tidak ya tidak. Bukan layanan bibir, lip service, apalagi sekedar drama dan pencitraan. Kata-katanya terukur dan menjadi garansi. No PHP, dan dapat dipercaya.
TGB lebih banyak bekerja dalam “senyap”, tidak terlalu menampakkan kesibukan dan kehebohan wara-wiri. Bergerombol dengan OPD kesana kemari. TGB pun tidak terlalu peduli pada eforia konten media sosial. Apalagi drama-drama tiktok2an. Namun hasil karyanya, akan menjadi legacy abadi. Seperti Bandara ZAM, KEK Mandalika, ITDC, SAMOTA, Islamic Center, Bypass BIZAM, Pembangun dan pengembangan Pelabuhan Lembar, Pelabuhan Badas, Pelabuhan Soekarno-Hatta Bima, Pelabuhan Telong Elong, Pelabuhan Bangsal, Pelabuhan Teluk Nara, Pelabuhan Tiga Gili, Pelabuhan Haji Lotim, Pelabuhan Lalar KSB, Pemeliharaan Jalan Raya Negara Trans Pulau Lombok dan Trans Pulau Sumbawa, Jalan Raya Provinsi se-NTB, RS Rujukan Pulau Sumbawa Manambai Abdulkadir, RSUP NTB, Balai Latihan Kerja NTB, Rumah Kemasan, Perpanjangan landasan pacu bandara Sumbawa dan Bima, dll.
TGB, pemimpin yang tidak pernah menyederhanakan masalah, apalagi meremehkan lawan bicara. Kita rindu pada pemimpin dengan moral etik tinggi. Yang dapat menjadi panutan, dan rujukan dalam mengurai berbagai benang kusut persoalan. Menjadi imam, tidak saja bagi istrinya, tapi juga bagi rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin yang sudah selesai dengan urusan pribadi dan keluarganya, sehingga ia tidak lagi direpotkan oleh “syahwatnya” sendiri, apalagi dibebani dan terbebani oleh urusan pribadi istri, anak, dan bisnis keluarga.
Selamat mensyukuri hari kelahiran emas TGB (31 Mei 1972). Semoga senantiasa dikaruniai nikmat sehat dan umur yang panjang penuh keberkahan. Barakallahu fii umrik. Teruslah berkhidmat, menjadi suluh dan penyejuk, ditengah gelap dan gersangnya kepemimpinan yang kehilangan ketauladanan. Aamiin YRA.
Salam rindu dan doa terbaik untuk TGB sekeluarga.
Sumbawa Besar. Selasa, 31 Mei 2022.