22Jun

MERETAS BATAS PENGABDIAN DIBAWAH PANJI BULAN BINTANG SINAR LIMA

Oleh: Lalu Parhanuddin, M.Pd.

Beruntunglah kita pernah dididik untuk mengerti tanggung jawab sebagai pengabdi setidaknya di lingkungan keluarga tercinta. Almagfurulah maulanasyaekh seorang pengabdi sejati telah memberi contoh kepada semua murid-muridnya bahwa pengabdian tidak mengenal batas ruang dan waktu.

Ketika mendirikan wadah pengabdian, almagfurulah memulai dengan niat tulus ikhlas menjalankan perintah gurunya, yaitu menyelamatkan bangsanya dari cengkraman kolonialisme.
Wadah pertama tempat melakukan pengabdiannya adalah mushalla Almujahidin Bermi tepatnya di kediaman beliau di Pancor. Ditempat itulah Almagfurulah memulai pengabdiannya sepulang dari tanah suci.

Dari mushalla kecil tersebut, Aktivitas pendidikan itu terus berkembang sampai ahirnya tahun 1936 berdiri madrasah yang dikenal dengan madrasah Nahdlatul Wathan Diniayah Islamiah (NWDI). seiring berjalannya waktu, Madrasah NWDI mulai menyebar di beberapa tempat di pulau lombok.

Setelah mendapat respon positif masyarakat, Almagfurulah sadar betul, begitu tinggi penghargaan islam terhadap kaum perempuan dan begitu strategis peran perempuan dalam pembangunan tanah air, namun ironisnya bertentangan dg kebiasaan dan cara pandang masyarakat kebanyakan.

Merespon kenyataan itu, almagfurulah menganggap perlu mendirikan madrasah khusus bagi kaum perempuan. Ahirnya tahun 1943 berdirilah madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islmiah (NBDI), yang diproyeksi khusus untuk kaum hawa.

Madrasah NWDI dan NBDl merupakan gagasan revolusioner pada zamannya. Karena saat itu tuan guru-tuan guru umumnya melakukan proses pendidikan dengan halaqah-halaqah.

Lahirnya NWDI dan NBDI bukti kepeloporan almagfurulah maulanasyaekh dibidang pendidikan. Ketika kiayi/tuan guru masih menggunakan sistem halaqah, beliau secara revolusioner menggunakan sistem klasikal dan memakai kursi dan meja. Sedang masalah pendidikan perempuan, ketika masih sebatas diskusi diwarung kopi, Almagfurulah konkrit mendirikan dan melaksanakannya.

Sistem belajar menggunakan bangku dan meja. sempat membuat beliau di tuduh membawa paham sesat. Karena sistem belajar yang beliau perkenalkan dianggap bertentangan dengan cara mengajar tuan guru-tuan guru senior pada zaman itu.

Dari situ, tergambar jelas kepeloporan beliau dibidang pendidikan. Beliau tdk ragu berkreasi untuk memaksimalkan pengabdiannya ditengah masyarakat.

Yang perlu di garis bawahi, pengabdian beliau tidak terhenti oleh “situasi” dan “tradisi”. justru beliau mampu membuat jembatan penghubung tempat bermuaranya antara kewajiban menuntut ilmu dan kakunya tradisi secara arif.

Di era revolusi, orang biasanya berpikir mengusir penjajah dengan senjata dan senjata. beliau memilih menggunakan soft power yaitu mengkonstruk kesadaran umat melawan penjajah.

Keunikan beliau adalah ketika menggalang kekuatan masyarakat mengusir penjajah, saat yang sama, beliau mengajukan izin pembukaan madrasah pada pemerintah kolonial belanda.

Madrasah tersebut dijadikan sebagai basis menggembleng kesadaran umat untuk bangkit melawan serta mengingatkan kemulyaan berjihad melawan penjajah.

Dalam upayanya melawan penjajah, beliau tdk hanya menekankan perlawanan fisik, namun pada penyadaran sumber daya manusia yang dikemas dalam doktrin agama.

Itulah yang menyebabkan pihak belanda kesulitan mendeteksi pergerakan pejuang-pejuang bangsa ketika itu. Gaya berjuang Almagfurulah seperti jurus taichi yaitu meminjam kekuatan musuh untuk menghancurkannya. Setelah mendapat izin dari pemerintah kolonial belanda. Beliau menjadikan madrasah sebagai basis pergerakan melawan penjajah. dengan soft power dan hard power.

Casingnya membangun madrasah untuk memperkokoh agama. Padahal secara bersamaan beliau juga sedang menyuntikkan spirit perlawanan untuk mengusir penjajah.

Pengabdian beliau menggunakan hard power dan soft power yang berbasis di madrasah. Berhasil memaksimalkan potensi sumberdaya manusia dan lingkungannya secara efektif. Meskipun harus kehilangan saudara tercintanya TGH. M. Paesal Abdul Majid.

Pelajaran yang dapat dipetik adalah pengabdian beliau untuk umat bukan pengabdian biasa. Tantangannya bukan hanya penjajah
tapi masyarakatnya sendiri. Benarlah kata Bung Karno ketika memberikan pidato dlm sebuah kesempatan. Beliau mengingatkan, bahwa perjuangan melawan penjajah lebih mudah dan tantangan terberat adalah menghadapi bangsa sendiri.

Itulah sekilas gambaran keras perjuangan almagfurulah maulanasyaekh. untuk mendapatkan izin dari pemerintah kolonial belanda dia harus bolak-balik dan harus memenuhi bebrapa ketentuan yang berlaku.
Setelah mendapat izinpun beliau harus menghadapi penolakan dari masyarakatnya sendiri.

Sekarang, kita berada di fase mengisi dan memaksimalkan pengabdian itu dengan baik. Pengabdian itu tdk boleh tersekat oleh ruang waktu apalagi bendera. Kita patut bersyukur kader-kader terbaik almagfurulah masih tetap pada khitah yg digariskan almagfurulah yaitu berpegang pada Quran, hadits, ijma, dan qiyas. Dan berorganisasi masih pedomani wasiat renungan masa.

Kita harus bisa mengabaikan perbedaan yang sedikit untuk menghindari mudharat yg besar. Dan tidak ada mudarat yg lebih besar dari terputusnya silaturrahmi zurriat dan rusaknya harmonisasi masyarakat.

Mari kita berpegang pada esensi wasiat almagfurulah bahwa organisasi dibangun demi tegaknya iman taqwa. Alhamdulillah NWDI dan NW sama-sama memegang ajaran esensi BapakMaulanasyaekh dan kita patut bersyukur keduanya tetap bernaung di bawah panji bulan bintang sinar lima.

NWDI wadah pertama Bapak maulansyaekh yg kemudian diinstitusionalisasi menjadi ormas yg menaungi kader-kader yg meneruskan perjuangan Bapak maulanasyaekh dibawah pimpinan zurriat di Pancor. Sedang ormas NW merupakan organisasi yg didirikan almagfurulah bapak maulansyaekh yg teruskan oleh zurriat yg di anjani.

Insyallah zuriat dan semua abituren akan berlomba menjadi pengabdi terbaik. Sampai suatu saat kita tdk lagi pokus pada perbedaan keduanya…tapi akan pokus menyaksikan karya-karya terbaik yg membawa maslahat bagi bangsa dan negara. Amiin yaa robbal aalamiin..
Salam kompak utuh warga Hamzanwadi…….

Tinggalkan Komentar