15May

KONFLIK YANG BERMULA DARI ISU POLITIK

Oleh: Abah Rosela Naelal Wafa

Salah satu karakter syekhona TGB. Dr. KH. Muhammad Zainul Majdi, Lc., MA. adalah sangat sensitif terhadap isu-isu agama dan kemanusiaan. Kapan saja agama Islam atau umatnya dinodai dan diusik, selalu beliau bersuara tanpa ada beban.

Perhatikan saja akhir-akhir ini!

Belum sebulan berlalu, saat umat Islam masih beribadah puasa, Jozeph Paul Zhang mengaku diri sebagai nabi ke-26 dengan maksud mau meluruskan ajaran Nabi Muhammad saw. (nabi ke-25 dan terakhir), mendapat respon dari guru kita ini.

Kecongkakan J. Paul Zhang itu menuai kecaman dari syekhona TGB. Hebatnya, tak tanggung-tanggung ulama nasional ini, meminta aparat segera mengusut dan melacak posisi orang tersebut, lalu ditangkap dan segera diproses hukum.

Kali ini tanpa jemu. Ketua NWDI dan OIAA cabang Indonesia ini, kembali buka suara perihal konflik di Palestina sejak sepekan terakhir. Menariknya, saat syekhona TGB bicara tentang Palestina, selalu ada informasi baru tentang negara yang pernah menjadi kiblat umat Islam tersebut.

Di akhir kajian tafsir setelah salat Jumat (14 Mei 2021) di Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center Mataram kemarin, syekhona TGB menekankan kepada hadirin untuk betul-betul memahami tentang Palestina yang sesungguhnya.

Mengapa kita perlu memahami Palestina dengan baik? Tanya syekhona.

Karena ada di antara kita yang terbawa oleh pemikiran, bahwa seakan-akan orang Yahudi dan Israel yang sedang merampas Palestina sekarang ini mempunyai hak di sana.

Padahal sebenarnya, kalau kita memperhatikan negara zionis Israel itu tidak ada hubungannya dengan agama Yahudi. Kenapa tidak ada hubungannya? Karena negara zionis Israel ini adalah ide politik.

Demikian jelas ulama yang pernah menjabat Gubernur NTB dua periode (2008-2018) itu.

Kok bisa begitu iya? Menurut penjelasan syekhona TGB al-Hafifz, Theodor Herzel mempunyai tujuan pertama kali untuk mengumpulkan orang-orang Yahudi yang terserak di mana-mana dan mau membuat satu negara tersendiri untuk mereka.

Kemudian untuk mewujudkan ide dasar itu, orang-orang Israel mencari-cari wilayah yang mereka anggap tepat. Pertama kali mereka memilih Kongo di bagian Afrika. Ditolak di sana, mereka masuk ke Uganda. Di sana pun, mereka diusir, pindah lagi ke Argentina.

“Ternyata, setelah di sana bermasalah, di sini bermasalah, di mana-mana bermasalah, lalu dia berusaha membuat sentimen keagamaan dengan menggunakan beberapa ayat di dalam Taurat.” Jelas syekhona TGB al-Hafidz.

Ayat apa yang dia manfaatkan?

Kira-kira bunyinya –sebut TGB–, “Dan Aku (Allah) akan memberikan kepada keturunanmu wahai Ibrahim tanah yang dijanjikan, yang terletak antara Nil dan Eufrat, yakni Palestina dan wilayah sekitarnya..”

Ayat ini yang selalu diproduksi dan menjadi konsumsi harian orang-orang Israel, sampai akhirnya mereka berhasil mengincar Palestina. Mereka menjadikan sentimen keagamaan untuk membidik Palestina.

Jadi, “Nama Palestina tidak di awal. Tetapi, setelah lama kemana-mana dan ditolak di negara-negara lain, baru kemudian ia mengagresi atau menyerang Palestina.” Jelas ulama tafsir asal NTB tersebut.

Nah, dari pemaparan syekhona TGB ini, kita rakyat Indonesia bisa mengambil pelajaran, untuk lebih berhati-hati lagi dengan produksi sentimen-sentimen keagamaan, mengutip ayat suci namun lepas dari teks dan konteksnya, sebelum semua berujung fatal.

Wa Allah A’lam!

Paok Lombok, 3 Syawwal 1442 H./15 Mei 2021 M.

1 Comment

  • haji sarbini
    May 15, 2021

    Msntap. TBG memamg beda.

Leave a reply