03Aug

HIMMAH liL-UMMAH

Okeh: Syamsudin, QH., SH., MH. (Kepala Departemen Hukum dan HAM Pimpus Pemuda NWDI)

Saya berterimakasih, ada yang berkenan menemui saya untuk berdiskusi. Tadi malam di Lenek kalibambang. Saya tidak ahli, bukan pakar. Hanya sedikit ilmu dan pengalaman. Adik-adik HIMMAH datang, dan kami saling bertutur banyak hal. Sosial dakwah, sosial politik, pemerintahan dan pengabdian kepada masyarakat. Ada lagi yang lain, ini yang pokok, pengembangan organisasi. Tetapi tetap saja,saya tidak ahli, bukan pula pakar. Hanya penghobi ilmu dan share pengalaman, secuil dari samudera ilmu dan pengalaman banyak aktifis NWDI saat ini.

Kita ini, hadir mewakili dunia untuk menyuarakan kehidupan. Dunia tidak sepenuhnya bisa berbicara, kecuali kita bercakap tentang suatu hal yang mampu merubah dan menentukan. Dan baiklah, kita memang mesti berbicara. Menyapa dunia, merubah dan menentukan.

Anggaplah merubah dan menentukan itu sebagai nyanyian jiwa yang selalu asyik di simak saat pandemi riuhi rasa takut dan khawatir yang sangat. Daya hayal menari, bermain dengan ritme tanya-tanya. Ayo gerakkan. Kita bisa maju selangkah,menganyam selembar mimpi dalam realitas yang sesungguhnya. Insya Alloh, kita tidaklah yang sekadar imajiner tapi tidak realistis. Ummat berharap.

Dulu, semasih saya kuliah di IAIH, saya tidak pernah bersentuhan dengan HIMMAH. Bukan menjaga jarak, tapi memang tiada karena saya tidak tahu adanya. Entah bagaimana mulanya dulu, tidak ingat, saya sempat ikut Basic Training I/ HMI, Daurah marhalah I/KAMMI. Tidak pernah PMII. Jika saja HIMMAH nongol, dan idealisme saya masih selamat, maka saya masuk HIMMAH, berhimpun untuk berilmu dan beramal, menata barisan untuk melestarikan warisan Almaghfuruloh. Saya kira begitu mahasiswa bijak. Menggenapi alasan untuk bersyukur atas karya asli, Sasaki.

HIMMAH ini modal besar, aset investasi masa depan yang akan merubah dan menentukan. Adanya tidak untuk disepelekan. Jikapun ada yang perlu diluruskan, yang jelas “Meluruskan tidak berarti dengan mematahkan”.

Oh ya, saya jadi ingin sedikit keluar konteks.

Taggal 6 April 2021 saya mengalami patah tulang lengan kanan saat akan berwudlu di tempat Wudlu Masjid Darul Huda Denpasar. Saya oleh teman di bawa ke Wojo klinik. Dipasangi gip dan dibalut. Sekitar tanggal 3 Mei bulan berikutnya, saya lakukan rontgen di Rumah Sakit Udayana Angkatan Darat pake biaya Negara. Hasilnya, sambungan tulang yang patah tidaklah cukup baik. Terjadi penumpukan perekat secara tidak beraturan. Dokter bilang “Jikapun bapak mau luruskan, saya jamin masih bisa. Tetapi harus dengan mematahkan yang sudah tersambung”. Saya menolak. Saya tidak sepakat meluruskan dengan mematahkan.

Menjalankan organisasi, hemat saya, adalah bagian dari aktifitas mengelola ragam ide. Berarti sangat banyak yang tidak sama. Dikelola untuk membersamainya, agar enak tidak bikin neg, agar bagus tidak jadi aus, agar lurus tidak jadi busbus. Ini teori berantakan, dan saya mengakuinya. Maksud saya, HIMMAH ini adalah bija jari yang akan terus menjadi, maka menjadi apa dia? Orang tua akan bijak agar baik jadinya. HIMMAH ini adalah semeton yang tidak suka hal yang monoton. Melenya ada variasi, gula kapuk ganti si gula gaet. Maka kakaknya akan pandai bedengah agar tidak pelewekan tetapi bisa jadi teman becanda menghias dunia. Untuk merubah dan menentukan.

Terimakasih telah mengetuk gagang fikir saya. Membangun sadar saya yang tidak jua bisa ahli dan pakar di sini. Agenda besar kita di depan jelas. Banyak hal, salah satunya kontestasi politik. Meski ini hanya alat, kita berharap tidak akan memperalat kebaikan yang terawat.

Terimakasih

Lenek, 3 Agustus 2021
Syamsudin M.

Leave a reply