Oleh: Abah_Rosela_Naelal_Wafa
✍️✍️✍️✍️✍️
Salah satu rahasia kesuksesan anak di masa depan, adalah pola asuh dan keteladanan yang diberikan orang tuanya sejak dini.
Nabi Muhammad saw. mempertegas akan urgensinya peran tersebut dengan hadis berikut,
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِه .
“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian ayah dan ibunya yang banyak berperan bagi anak itu untuk menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Imam Bukhari).
Rupanya, hadis ini sangat dipahami oleh ayah dan umi dari Tuan Guru Bajang, sehingga keduanya benar-benar mencurahkan perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya, dan berhasil memahat mereka menjadi generasi sukses –insyaallah– dunia akhirat, khususnya terkait pola asuh beliau terhadap syekhona TGB.
Kesuksesan syekhona TGB di bidang akademik dan politik –insyaallah– tidak hanya penghias lisan. Namun, kesuksesannya sudah mafhum dan diakui publik lokal maupun tingkat nasional, bahkan diperhitungkan di level internasional.
Prestasi akademik dari cucu Pahlawan Nasional asal NTB ini amat gemilang. Beliau meraih gelar Doktor di bidang tafsir Alquran di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dengan predikat “Summa Cum Laude ma’a Haqquthaba” dan amat layak dipertukarkan di kampus-kampus bergengsi di dunia.
Demikian pula kegemilangan jabatan politik syekhona. Beliau terpilih sebagai anggota DPR RI di usia yang sangat muda, 32 tahun. Sebagai Kepala Daerah NTB jabatan Gubernur 2 periode (2008-2018) pun tak kalah prestisius prestasinya dengan taburan penghargaan, yang kalau dibaca dengan rinci bakalan capek.
Sedemikian banyak prestasi yang diteroehkan TGB sebagai individu maupun sebagai publik figur membuat orang heran dan banyak yang mengorek-orek rahasia dan resep jitunya.
Salah satu orang yang penasaran akan hal itu, adalah seorang Kiyai yang mewancarai syekhona TGB di Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur dalam sebuah wawancara diskusi politik.
Sang Kiyai bertanya dengan agak nada heran, apa sih resep dan pola asuh TGB sehingga bisa multi talenta dengan segudang prestasi tersebut?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita bisa belajar menata hati sama syekhona TGB, bagaimana gestur beliau saat ditanya demikian. Beliau –ternyata– merunduk, sepertinya sedang menata dan menekan hatinya supaya tak jumawa (kebiasaan beliau kalau disanjung di mana pun).
Ternyata benar, syekhona TGB bukannya langsung menjawab blak-balakan seperti orang yang kayak satu-satunya sebegai referensi dalam pola asuh anak, namun justru beliau mengatakan dengan tawadduk, bahwa sebenarnya yang pas menjawab adalah ayah dan uminya.
Meski demikian, syekhona TGB menjawab dengan memoar dari didikan orang tuanya yang membekas di masa kecil dahulu meliputi:
Pertama, penaman kedisiplinan. Diakui sendiri oleh syekhona TGB bahwa ayahnya amat sangat diaipllin. Waktu bangun pagi, jam makan, dan apa yang akan dilakukan setelah sarapan. Termasuk waktu antara Magrib dan Isya untuk mengaji, semua tanpa ada kompromi.
Jadi, “kesan pertama dari ayah itu adalah penanaman kedisiplinan sejak dini.” Akuinya.
Kedua, penguatan cinta ilmu. Tak pelak memang, sebagai orang tua yang bependidikan, maka bapak dan umi beliau disebutnya amat konsen menanamkan cinta ilmu. Meski, saat itu bapaknya sedang menjadi birokrat senior yang kalau untuk memperoleh harta, “mudah”.
Buktinnya –sesuai– tuturan TGB, setelah Bapak wafat tidak ada warisan macam-macam selain hanya rumah yang ditempati kami.
Ketiga, ayah dan umi memberi keteladanan istiqomah dalam beibadah. Ketua OIAA ini bercerita bahwa bapak dan Umi sangat menekankan salat Subuh, Magrib dan Isya harus berjamaah.
“Zuhur dan Ashar, ayah masih di kantor, dan umi masih mengajar, maka saya yang salat bersama adik dan kakak-kakak di rumah.” Ceritanya.
Selain itu, syekhona TGB bercerita bahwa orang tuanya senatiasa memulazamahkan bacaan surah Yasin setiap malam bakda Magrib, selama berpuluh-puluh tahun tanpa henti sesibuk apapun beliau.
“Jadi, sedikit banyak pola itu mewarnai dan mempengaruhi saya ketika tumbuh besar dan saya berusaha membawa itu sampai sekarang.” Kata syekhona mengenang pola asuh mulia itu.
Alangkah mulianya doa Ibrahim as. berikut ini:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ .
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (QS Ibrahim: 40).
Wa Allah A’lam!
Paok Lombok, 24 Juli 2021 M.
*#StafPengajardiPPSelaparang