Oleh : Muhsan Elmuhaimin
انت يا فنجور بلادى انت عنوان الكمالي كل من يأتيك يوما زائرا يلقى النوالى
يا بنى وطنى جدوا _ واسهروا طول الليالى
وطنى روحى فداء _ لك من كل الضلال
Wahai Pancor, Kaulah Negeriku
Engkau lambang kesempurnaan Sebagai seorang yang pernah minum dari pancuran sumber mata air ilmu di kota Pancor, saya pasti akan mencintai asal usul dimana saya pernah bersimpuh belajar i'rob dan belajar tasrif pertama kali sehingga sekarang saya bisa membaca naskah arab tanpa harokat meski masih terbata bata. PANCOR berhak untuk dicintai, memiskinkan peran Pancor dalam khittah perjuangan NW/NWDI sama saja menafikan seluruh wasiat kebaikan yang di wariskan Sang Maulana. Maulana mencintai Pancor dan memujinya sebagai lambang kejayaan dan kesempurnaan sebuah Negeri. Jadi, lagu Anti Ya Pancor sama sekali bukan ungkapan keprihatinan atau Panggilan Kesedihan atas ketidaksetujuan warga Pancor terhadap berdirinya Madrasah NWDI kala itu, seperti pemahaman segelintir orang yang Phobia Pancor. Ini adalah bentuk framing, distorsi dan upaya memiskinkan peran Pancor dalam kekayaan khazanah perjuangan NW/NWDI yang lahir dari rahim Desa Pancor. Hal ini terbukti bahwa kecintaan Sang Maulana terhadap Pancor tidak hanya tertuang dalam Syair Anti Ya Pancor saja, tapi juga tertuang dalam ungkapan cinta yang berbunyi DESA PANCOR NDEK KULUPA' BUDI BERMI NGENO JUA'. Tidak berlebihan mungkin kalau saya katakan inilah yang dimaksud dengan Tafsir Aghaani bil-Aghani. Jika syair Anti Ya Pancor hanyalah sekedar ungkapan keprihatinan atau Panggilan Kesedihan atas ketidaksetujuan warga Pancor terhadap berdirinya Madrasah NWDI, maka lagu DESA PANCOR NDEK KULUPA' BUDI BERMI NGENO JUA' tidak akan pernah ada. Bahkan lagu ini adalah dalil yang makin memperkuat bagaimana besarnya cinta Sang Maulana terhadap Pancor dan Bermi. Kembali ke ANTI YA PANCOR انت يا فنجور بلادى, judul syair ini menggunakan nama Pancor sebagai tempat kelahiran Maulanassyaikh dan tempat didirikannya Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyyah (NWDI) yang kelak akan menjadi salah satu sumber mata air bagi para pemburu hikmah dan ilmu di Lombok ini secara khusus. Pancor oleh Sang Maulana dikhitab dengan panggilan Anti Ya Pancor Bilaady. "Duhai Pancor Negeriku". Di khitob Anti (Perempuan) karena Pancor adalah Bunda Pertiwi yang merupakan induk cikal bakal cabang cabang kebaikan Nahdlatul Wathan yang menggurita di seluruh Nusantara. Anti Ya Pancor Bilady, seolah olah Sang Maulana ingin mengatakan "Wahai Pancor, kaulah Ibu kota santri yang dari rahimmu akan lahir bintang bintang (Anjum Nahdlatu Wathan) yang akan menjadi wasilah perjuangan kejayaan dan kesempurnaan agama. Pancor adalah Ibu yang dari rahimnya akan lahir para anjum dan ulama ulama yang tak pernah lelah menebar kebaikan ke segala pelosok negeri. Itulah sebabnya Pancor oleh Maulana dikhitob dengan Dhomir Anti. Mengapa Maulana menggunakan kata BILAADY, bukan DAULATY atau QARYATY?. Mengapa Maulana menggunakan diksi NEGERIKU, bukan NEGARAKU?, bukan DESAKU?. karena kata negeri tidak sama artinya dengan negara. Negeri berarti ‘kota, tanah tempat tinggal, wilayah atau sekumpulan kampung (distrik) di bawah kekuasaan seorang penghulu. Sedangkan Negara berarti ‘persekutuan bangsa dalam suatu daerah yang tentu batas-batasnya dan diurus oleh badan pemerintah yang teratur’. Kata negara berpadanan dengan kata state (Inggris) atau staat (Belanda). Kata negara digunakan jika bertalian dengan sudut pandang politik, pemerintahan, atau ketataprajaan. Jika menggunakan kata Daulaty/ Negara, sama saja artinya dengan deklarasi berdirinya sebuah negara yang tentu saja berantitesa dengan visi kebangsaan yang Maulana tanamkan dalam nama NAHDLATUL WATHAN. Mengapa Maulana tidak menggunakan kata QARYATY/Desaku?. Karena Maulana memandang Pancor adalah mercusuar bersinar lima yang tidak hanya menerangi Desa Pancor, tapi juga menerangi seluruh sudut pelosok Negeri/Bilaady. Itulah sebabnya syair ANTI YA PANCOR menggunakan kata بلادي yang berarti Negeriku, bukan menggunakan دولة atau قرية dengan tambahan Ya' Mutakallim di akhirnya. Syair Anti Ya pancor yang indah ini juga syarat dengan pesan dan visi nasionalisme Sang Maulana. Kecintaan beliau pada negara terpatri dalam kata Wathoni (وطني) Tanah Airku. Menggambarkan kecintaan kepada tanah air bangsa. Bahkan Maulanassyaikh menyebutnya dengan sebutan
وطنى روحى فداء _ لك من كل الضلال
Ruhku Jiwa Ragaku Menjadi Tebusannya dari segala kesesatan dan keterbelakangan. Ini maknanya bahwa semangat cinta tanah air menjadi satu tarikan nafas kebangsaan dan keislaman bagi diri Maulanassyaikh yang patut kita para generasi muda harapan bangsa untuk melanjutkannya dan menggelorakannya. Dari Pancor untuk Indonesia dan Islam. BerNW atau berNWDI itu artinya kita sedang ber-indonesia, kita sedang ber-islam. Jangan sampai atas nama organisasi kita kemudian menjadi lupa bahwa kita ini sedang ber-islam. Meletakkan kepentingan organisasi diatas kepentingan agama jelas adalah kesesatan, apalagi saling membenci dengan menggunakan label organisasi. Ini jelas bukan PENGADEK ADEK SANG MAULANA, salah satu Mutiara Dunia yang lahir dari rahim PANCOR.