KETUA UMUM PB NWDI
Muhammad Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang lahir di Pancor, Selong, NTB, 31 Mei 1972. Beliau cendikiawan muslim, ulama tafsir Al Quran, pemimpin organisasi masyarakat dan juga politisi yang pernah menjabat Gubernur NTB 2 periode yaitu tahun 2008-2013 dan 2013-2018. Sebelum menjabat Gubernur, TGB M Zainul Majdi pernah menjadi anggota DPR RI pada masa jabatan 2004-2009 yang membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian dan kebudayaan (Komisi X).
TGB M Zainul Majdi adalah putra ketiga dari pasangan HM Djalaluddin SH, seorang pensiunan birokrat Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid, putri pertama dari Almagfurulahu maulana assyaikh TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid atau sering disebut Tuan Guru Pancor, pendiri organisasi Islam Nahdlatul Wathan (NW), Madrasah NWDI, NBDI dan pendiri Pesantren Darunnahdlatain.
M Zainul Majdi muda mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri 3 Mataram (Sekarang SDN 6 Mataram), dan lulus pada tahun 1986. Ia melewati jenjang sekolah menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya selama 2 tahun, dan lulus Madrasah Aliyah di yayasan yang sama tahun 1991. Sebelum memasuki perguruan tinggi ia menjalani pendidikan menghafal Al-Qur’an di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor selama setahun (1991-1992).
Kemudian pada tahun 1992 M Zainul Majdi muda berangkat ke Kairo guna menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar Kairo. Ia pun berhasil lulus da meraih gelar LC (S1) pada tahun 1996. Lima tahun berikutnya, ia meraih Master of Art (M.A.) dengan predikat “Jayyid Jiddan”. Pulang dari Mesir beliau berdakwah di Pesantren Assyafiiyah Pulo air milik KH Abdullah Syafii dan kemudian pulang ke pancor melanjutkan pengelolaan Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor, peninggalan ninik (kakek) beliau sejak tahun 1999 sampai saat ini.
Di tangan beliau, Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor yang sast itu sempat terpuruk, mengalami sangat kemajuan pesat baik dari segi fisik, prasarana, sumberdaya dan jumlah santri. Karena aktivitasnya yang berdakwah ke seluruh pelosok Lombok atas undangan jamaah sejak kembali dari Mesir inilah, kemudian tokoh-tokoh masyarakat Pancor memanggil beliau sebagai Tuan Guru Bajang, mirip seperti panggilan masyarakat Pancor ketika kakek beliau Almagfurulahu maulana assyaikh datang dari Mekah. Sebutan Tuan Guru Bajang atau sering disingkat TGB itulah yang sejak saat itu dikenal oleh masyarakat NTB bahkan Indonesia.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun, M Zainul Majdi melanjutkan ke program S3 di universitas dan jurusan yang sama. Pada bulan Oktober 2002, proposal disertasi beliau diterima. Judulnya, “Studi dan Analisis terhadap Manuskrip Kitab Tafsir Ibnu Kamal Basya dari Awal Surat An-Nahl sampai Akhir Surat Ash-Shoffat” di bawah bimbingan Prof. Dr. Said Muhammad Dasuqi dan Prof. Dr. Ahmad Syahaq Ahmad. Beliau berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat “Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba” atau Summa Cumlaude pada hari sabtu, 8 Januari 2011 dalam munaqosah (sidang) dengan Dosen Penguji Prof. Dr. Abdul Hay Hussein Al-Farmawi dan Prof. Dr . Al-Muhammady Abdurrahman Abdullah Ats-Tsuluts.
Dalam aktivitasnya dakwahnya beliau kerap diundang oleh umat di seluruh indonesia selain mengisi majelis pengajian seperti di Islamic Center NTB setiap habis jumat. Sebagai ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar menggantikan Prof Dr Quraish Shihab, beliau dikenal sebagai pengusung konsep Islam Wasathiyah dari Al-Azhar yang sering beliau suarakan dalam ceramah atau diskusi di ruang publik.
Dalam pengabdian sebagai kepala daerah NTB 2 periode banyak penghargaan yang beliau terima. TGB M Zainul Majdi menerima Lencana Ksatria Bhakti Husada Arutala yang merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam pembangunan Bidang Kesehatan di NTB. Penghargaan tersebut diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Majdi pada peringatan Hari Kesehatan Nasional di Jakarta.
Pada 1 Desember 2010, TGB menerima penghargaan The Best Province Tourism Develovment dengan dikukuhnya NTB sebagai Provinsi Pengembang Pariwisata Terbaik versi ITA di Metro TV. Penghargaan yang tidak kalah bergengsinya kembali diterima TGB pada 3 Desember 2010 berupa penghargaan di Bidang Pangan dari Presiden RI atas Prestasi meningkatkan produksi Padi (P2BN) lebih dari 5% pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Selain itu, TGB juga berhasil meraih penghargaan untuk kategori The Best Dedicated Governor in Developing of MICE Industry atau kepala daerah yang berdedikasi dan berinovasi dalam mengembangkan industri Meeting, Incentive, Conference & Exhibition (MICE) di Indonesia. TGB dinilai memiliki visi pembangunan pariwisata dan MICE yang jelas serta giat mendorong seluruh komponen masyarakat, keberhasilan dalam meningkatkan jumlah wisatawan.
Pada 2012, Wakil Presiden RI Boediono didampingi Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menganugrahkan penghargaan kepada TGB sebagai pembina Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Pedesaan (PNPM-Mpd) Terbaik dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Selain itu, di Istana Negara Jakarta, pada 13 Agustus 2012 siang, TGB menerima penghargaan Bintang Maha Putra Utama dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono. TGB dinilai telah berkontribusi dan berprestasi dalam pembangunan bidang koperasi dan usaha kecil, yang patut ditiru oleh daerah-daerah lainnya di Indonesia. Penghargaan Bintang Mahaputera ini persis mengikuti jejak penghargaan yang diberikan negara kepada kakek beliau Maulana Assyaikh di tahun 1999 atas dedikasi beliau di bidang pendidikan dan agama untuk nusa bangsa.